RANGKUMAN BUKU "JURNALISME DASAR PANDUAN TEORI DAN PRAKTIK JURNALISME DI ERA PERUBAHAN"
Aldhya Machfuzan Sadida (2171501410)
Kelompok YH
BAB 1 BERITA DAN JURNALISME
Dalam dunia jurnalisme, standar yang harus dipenuhi agar suatu peristiwa layak diberitakan adalah memenuhi kriteria "Kelayakan Berita" atau disebut news value, new worthy. Peristiwa harus memiliki nilai berita, berikut adalah nilai berita yang biasa dijadikan patokan oleh media untuk mengangkat suatu peristiwa menjadi berita. Significance/Importance (Penting), Timeliness (Memiliki nilai kebaruan), Magnitude (Berdampak sangat besar), Proximity (Unsur kedekatan), Prominence (Ketokohan/ketenaran), dan Human Interest (Aspek kemanusiaan atau memiliki sisi manusiawi).
BAB 2 NILAI DAN PILAR JURNALISME
Terdapat 2 poin yang tercantuk dalam bab ini, yaitu Proses Jurnalisme dan Berita, Media, dan Pihak Eksternal. Isi dari Proses Jurnalisme adalah tentang bagaimana sebuah berita itu terbentuk, dari mulai mencari, mengumpulkan, melaporkan, dan menyebarluaskan peristiwa/narasi/wacana yang baru untuk diketahui khalayak luas. Sedangkan Berita, Media, dan Pihak eksternal menjelaskan bahwa pada setiap peristiwa pasti terdapat orang/kubu/pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan tertentu, baik terbuka maupun disembunyikan.
BAB 3 JURNALISME MEDIA SOSIAL
Alfred Hermida (2012) mendeklarasikan bahwa jurnalisme kini bukan diproduksi oleh institusi media semata. Ia berkolaborasi dengan partisipasi masyarakat/warga. Hal ini dikenal dengan citizen journalism. Setiap jurnalisme pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, pada jurnalisme jenis ini salah satu kekurangannya adalah banyaknya hoaks. Kita sebagai pembaca harus pintar dalam menyelidiki dan mencari kebenaran suatu berita yang muncul di media sosial. Hal tersebut wajib dilakukan agar kita tidak termakan atau bahkan sampai ter-provokasi dengan berita yang muncul.
BAB 4 ANTARA JURNALISME MEDIA DAN REPORTASE WARGA
Sesuai dengan judulnya, terdapat 2 poin yang menjadi bagian inti pada bab ini. Jurnalisme Media (Jurnalisme Konvensional) dan Reportase Warga. Jurnalisme Media atau bisa disebut Jurnalisme Konvensional dibagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi redaksi dan non-redaksi atau sering disebut bagian usaha/manajemen. Kehadiran teknologi internet dan kapitalisme nyaris melebur kedua bagian tersebut. Reportase Warga artinya setiap orang atau siapapun dapat menjadi jurnalis dengan alat yang tepat. Ini telah diartikan sebagai tindakan warga negara yang meskipun tidak dilatih atau dipekerjakan sebagai jurnalis, memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebaran informasi (Tony Harcup, 2013:88). Pada dasarnya, reportase warga tidak dibatasi oleh norma institusional apapun atau bahkan mengabaikan konvensi kepatutan jurnalistik.
BAB 5 DELAPAN TEORI PERS
Tiga pakar komunikasi (massa) Amerika Serikat, yaitu Siebert, Peterson, Schramm mengemukakan empat teori pers yaitu Teori Pers Otoritarian, Libertarian, Komunis Soviet, dan Tanggung Jawab Sosial (Fred S. Siebert at. al. 1963). Kini teori pers Komunikasi Soviet sudah tidak relevan karena negaranya bubar pada 1989. Dalam perkembangannya muncul empat teori pers yang baru, yaitu Teori Pers Pembangunan dan Demokratik Partisipan yang dikemukakan oleh Denis Mcquail (1987:119-121), satu lagi dan khas Indonesia adalah teori pers Pancasila versi Anwar Arifin (1992, 2017) Terakhir dan paling mutakhir adalah teori pers Postmodern yang dikembangkan oleh Dudi Iskandar.
BAB 6 ETIKA JURNALISME
Penemuan teknologi informasi dan informasi menghasilkan model jurnalisme sesuai dengan perkembangan masyarakat. Praktik jurnalisme daring seringkali bertabrakan dengan etika jurnalisme lama. Pada nilai jurnalisme awal (tradisional) mempercayai akurasi, verifikasi, dan keseimbangan, serta imparsialitas. Sementara jurnalisme kontemporer menginjak pada aras kecepatan, dan transparansim, serta parsialitas. Satu hal yang perlu diingat adalah model jurnalisme seperti itu akan berbenturan dengan penerapan etika jurnalisme yang harus menyesuaikan diri dengan budaya lokal (konteks) masing-masing. Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2007), jurnalisme setidaknya memiliki tiga pilar yang mutlak, yaitu kebenaran, independensi, dan verifikasi. Dengan etika, maka jurnalisme dijamin menghasilkan jurnalisme yang berkualitas.
BAB 7 JURNALISTIK DAN MEDIA MASSA
Internet memicu perubahan hampir keseluruhan karakteristik media massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa. Sedangkan media massa adalah alat untuk berkomunikasi massa. Artinya, tidak mungkin ada komunikasi massa tanpa media massa, begitupun juga sebaliknya. Dengan perkembangan internet, kini media massa berkembang ke arah mesin pencari atau agregator seperti Google, e-commerce seperti Amazon, dan media sosial seperti Facebook. Harus diakui, saat ini ketiga platform (mesin pencari, e-commerce, dan media sosial) merupakan media yang berperilaku dan berfungsi sebagai media massa, bahkan, melebihinya (Agus Sudibyo, 2019 dan 2021). Pada umumnya, orang masih beranggapan bahwa pers itu adalah media cetak (surat kabar, tabloid, dan majalah). Anggapan umum seperti itu disebabkan oleh ciri khas yang terdapat pada media (tradisional) itu dan tidak dijumpai pada media lain.
BAB 8 TEKNIK PEMBUATAN BERITA
Sebuah berita harus berangkat dari fakta atau wacana yang dipandang berkaitan dengan persoalan publik. Inilah yang disebut dengan nilai berita (news values). Setelah membuat berita, wartawan wajib melakukan cek ulang terhadap fakta yang ditulisnya. Jika seorang wartawan ingin mendapatkan berita dan laporan akurat jangan malu bertanya lagi mengenai nama dan jabatan yang diwawancara. Ketika membuat berita, wartawan harus melihatnya sebagai sebuah sekuen. Sebuah peristiwa tidak muncul begitu saja. Pasti ada latar belakangnya dan ada pula akibatnya. Jadi, sebuah peristiwa tidak berdiri sendiri. Itulah prinsip penting dalam pembuatan berita.
BAB 9 TEKNIK PENULISAN FEATURE
Feature kerap disebut sebagai berita ringan. Namun, secara bahasa feature berarti sesuatu yang penting (important), menarik (interesting) baik berupa tempat, orang, dan kejadian. Feature adalah tulisan tentang sesuatu yang menarik atau menuliskan sesuatu sehingga menjadi menarik. Berbeda dengan hardnews yang harus segera disampaikan ke pembaca atau masyarakat, feature bisa ditunda sehari atau dua hari. Ia tidak diburu waktu sehingga elemennya pun tidak terstruktur seperti hardnews. Feature tetaplah sebuah karya jurnalistik yang berupa artikel atau karangan yang menyangkut tentang peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan manusia. Berikut beberapa teknik penulisan feature, yaitu Lead Ringkasan, Lead Bercerita, Lead Deskriptif, Lead Kutipan, dan Lead Pertanyaan. Sebelum menulis, harus membuat flow chart terlebih dahulu. Flow Chart merupakan gambaran arsitektur, dan bahan bakunya yaitu laporan reporter, atau hasil riset.
BAB 10 TEKNIK PENULISAN OPINI
Menulis opini atau artikel ibarat memasak atau membuat karangan bunga. Menulis adalah keterampilan merangkai fakta menjadi satu tulisan yang padu, lancar, runtut, dan enak dibaca. Ia menggunakan kata-kata sesuai dengan tugasnya dengan benar. Preposisi (kata depan) dan konjungsi (kata hubung) diletakkan pada posisi yang benar sehingga tersusun paragraf demi paragraf dengan lancar. Tulisan yang menarik harus memiliki diksi atau pilihan kata yang tepat dan beragam. Menulis opini memiliki persiapan agar tulisannya berkualitas yaitu Pandai membaca momentum, Setelah mendapatkan tema besar turunkan menjadi tema yang lebih kecil, lalu memuat outline, yang terakhir adalah menyiapkan referensi.
BAB 11 OBSERVASI DAN WAWANCARA
Salah satu yang krusial dalam kegiatan menulis adalah pengumpulan data. Hasil dari sebuah tulisan sangat bergantung pada data yang berhasil dikumpulkan. Semakin data yang dimiliki, semakin banyak tulisan yang bisa diolah dan dihasilkan. Sebaliknya, sebuah tulisan dianggap kurang berhasil karena kekurangan data yang diperoleh di lapangan. Oleh sebab itu, tahap pengumpulan data merupakan inti dari sebuah tulisan.
Secara umum beberapa teknik pengumpulan data untuk tulisan yaitu Observasi, Wawancara, Focus Group Discussion (FGD), Dokumentasi, dan Data Pustaka. Observasi adalah elemen paling dasar wartawan. Sekecil apapun tulisan pasti melakukan observasi, itu adalah langkah paling awal dan paling akhir dalam sebuah tulisan. Wawancara adalah percakapan dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapat tentang sesuatu hal atau masalah, dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana. Orang yang melakukan wawancara harus pandai dalam menyiapkan pertanyaan sehingga mampu menjawab masalah yang sedang dihadapinya. Dalam wawancara, terdapat beberapa tips yang menentukan kualitas hasil wawancara, yaitu jangan bosan, ngambek, dan gusar.
BAB 12 TEKNIK PENULISAN PRESS RELEASE
Secara definisi, press release merupakan pengungkapan atau pernyataan atau data tentang suatu hal atau masalah dari seorang figur publik (pribadi), organisasi dan lembaga (lembaga swadaya masyarakat, dan partai politik), atau perusahaan untuk diketahui publik atau pihak-pihak yang berkepentingan. Press Release bukanlah berita biasa karena ia mempunyai tujuan tertentu (subjektif). Pesan yang terkandung didalam Press release adalah untuk kepentingan pembuatnya, bukan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Ini berbeda dengan berita yang dibuat media untuk kepentingan khalayak luas.
Press release yang berisi pernyataan harus dikemas dalam bentuk kalimat tidak langsung. Inti dari press releasebukan dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau kalimat-kalimat langsung. Jangan mengumbar ambisi pribadi atau lembaga. Pasti tidak dimuat. Ini hanya akan menjadi sampah di meja redaksi. Hal yang terpenting dari isi press release adalah data dan fakta hasil riset.
0 komentar:
Posting Komentar